Pendapat para ahli mengenai risiko cukup banyak. Salah satunya adalah pendapat Silalahi (1997), yang mengartikan bahwa:
- Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian.
- Risiko adalah probabilitas timbulnya kerugian.
- Risiko adalah suatu ketidakpastian.
- Risiko adalah penyimpangan actual dari yang diharapkan.
- Risiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan.
Menurut Silalahi, manajemen risiko
adalah system pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan
keuntungan badan usaha atau perorangan terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu risiko, dimana dalam usaha ketidakpastian ini dihubungkan dengan
penghasilan perusahaan, arus keluar masuk uang, dan harta benda yang telah ada
atau yang dibutuhkan di masa datang.
Risiko perusahaan dapat dibagi ke
dalam 2 tipe. Tipe pertama dan yang lebih tradisional adalah risiko yang sulit
dikendalikan manajemen perusahaan, seperti risiko kebakaran karena hubungan
pendek arus listrik dan penipuan pihak-pihak tertentu. Perusahaan biasanya
melindungi dirinya misalnya dengan cara membeli asuransi. Tipe kedua adalah
risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Risiko ini dapat
terjadi misalnya pada saat perusahaan membangun pabrik baru, meluncurkan produk
baru, atau membeli perusahaan lain.
A. RISIKO PADA
ASPEK SDM
Mengapa risiko SDM menjadi pemaparan awal kita? karena
SDM, yang menggerakkan roda perekonomian dan bisnis termasuk dalam pemanfaatan
sumber daya yang ada, memiliki banyak permasalahan yang sudah tentu memiliki
risiko. Lima hal utama yang akan
dipaparkan berkaitan dengan risiko-risiko dalam aspek SDM dalam hubungannya
dengan perencanaan strategi perusahaan yaitu:
◈ Risiko pada para
top eksekutif dan para pekerja inti.
Ada beberapa risiko yang hendaknya diperhatikan pada kelompok orang dengan
jabatan sebagai eksekutif tingkat atas. Risiko-risiko tersebut antara lain:
1.
Memiliki eksekutif kepala yang kurang memiliki sense of leadership , pengetahuan yang laus, tidak
tajam dalam berfikir, serta bertindak tidak fokus.
2.
Memiliki eksekutif kepala yang sulit dikendalikan oleh dewan komisaris.
3.
Memiliki direktur keuangan yang lemah.
4.
Ketidakmampuan manajemen untuk menjawab perubahan lingkungan usaha dengan
cepat dan tepat.
5.
Struktur organisasi yang tidak efektif sehingga tenaga tingkat manajerial
sering mengerjakan hal-hal yang sifatnya teknis yang seharusnya dikerjakan oleh
tenaga staf.
◈ Risiko pada
karyawan.
Perusahaan perlu menciptakan kondisi kerja yang baik bagi para karyawannya,
termasuk gaya manajemen yang lebih terbuka dan layak, serta kejelasan mengenai reward bagi seluruh pekerja. Selain itu, juga
perlu diperhatikan mengenai kultur yang dapat menilai kerja sama dan
keunggulan, serta kondisi seperti flexitime, fasilitas
perawatan anak, dan kerja paruh waktu yang membantu pekerja wanita. Pelatihan
dan pelatihan ulang perlu dilakukan jika perusahaan harus mengembangkan tenaga
kerja yang sanggup untuk memproduksi barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang
dapat berubah dengan cepat.
Masalah-masalah kesejahteraan sering kali menyebaabkan krisis.
Masalah-masalah tersebut mencakup seperti amarah karyawan karena pemutusan
hubungan kerja yang tidak adil, penghasilan tambahan yang tidak transparan,
perjanjian tentang wanita hamil, pengurangan fasilitas seperti tempat ibadat
dan kantin, serta situasi kerja yang tidak aman. Beberapa dari contoh ini
mungkin kelihatan seperti tidak pentinga bagi manajemen, tetapi hal ini
sebenarnya dapat menimbulkan masalah besar.
Proses rekrutmen tenaga kerja dengan kualifikasi tidak memadai akan
menambah risko bagi kinerja perusahaan kelak. Sampai sekarang ini, pencarian
tenaga kerja di banyak perusahaan masih dikelola dengan kurang baik. Hal ini
sebagian disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan pribadi serta
sulitnya penilaian secara efektif. Pengukuran IQ sama sekali tidak mengidentifikasikan
apakah calon pekerja itu akan bekerja dengan baik atau tidak. Perusahaan dapat
meminimalkan risiko mereka dengan cara bekerja secara sistematis.
◈ Risiko dalam
hubungan industri dan perselisihan.
Perusahaan harus melakukan penilaian-penilaian mengenai kemungkinan adanya
pemogokan, memikirkan kerusakan apa yang dapat terjadi, dan menganalisis
bagaimana hal ini dapat diantisipasi, termasuk di dalamnya perihal membangun buffer stocks dan memindahkan produksi pada
pabrik-pabrik lainnya.
Kebanyakan perselisihan dapat diramalkan, hal ini dapat terlihat dari
hubungan antara manajemen dan serikat kerja yang secara perlahan-lahan
memburuk. Keluhan-keluhan dapat menumpuk selama bertahun-tahun, dan tenaga
kerja yang loyal dan percaya merasa telah diperlakukan secara tidak adil.
Perusahaan hendaknya memiliki mekanisme utnuk memastikan bahwa keluhan-keluhan
karyawan didengar dan ditanggapi secara serius. Manajemen harus berusaha
menyampaikan alasan-alasan untuk perbaikan dan memperoleh persetujuan dari
serikat tenaga kerja sebelum perubahan-perubahan dilaksanakan.
◈ Risiko stres dan
kesehatan yang buruk.
Ketegangan, bersamaan dengan kebiasaan makan yang buruk dan merokok, dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner. Kebiasaan bolos kerja menjadi suatu
indikator dari seorang tenaga kerja yang merasa kecewa. Tingkat kekecewaan
dikatakan disebabkan oleh komunikasi yang buruk dan kegagalan untuk memotivasi
para karyawan.
◈ Risiko bila tidak
beretika.
Pelanggaran etika makin lama makin dirasakan sebagai suatu resiko bisnis
yang utama. Berita banyak melansir perihal pelanggaran etika selain kasus
pelanggaran pidana atau perdata lainnya yang memiliki konsekuensi serius bagi
reputasi perusahaan serta keuntungan-keuntungan masa depan. Di bawah ini dapat
dilihat bagaimana peruasahaan dapat meningkatkan dan menangani etika-etika
perusahaannya.
Seringkali hal-hal diatas bukanlah merupakan risiko bisnis yang dapat
menyebabkan perusahaan jatuh, tetapi jika manajemen gagal dalam mengendalikan
perusahaan, maka perusahaan akan berada pada kondisi yang berat untuk dapat
bertahan, apalagi berkembang.
1.
Konflik di Dalam Bisnis
Banyak isu mengenai konflik di dalam bisnis. Seperti diketahui bahwa tujuan
bisnis adalah memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya. Bila dijabarkan
secara dangkal hal ini berarti perusahaan memberikan kualitas produk/layanan
termurah bagi harga tertinggi.
2.
Perubahan Kultur Perusahaan
Beberapa perusahaan menyatakan untuk berusaha secara benar, baik menurut
aturan legal maupun moral, akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Mengapa
demikian? Karena sudah terbiasa dengan budaya perusahaan yang hanya
mementingkan memaksimalisasi keuntungan financial, seorang manajer yang
menyatakan bahwa penegakan etika adalah sesuatu yang penting hanya akan dianggap
sepele, negative merintangi, dan tidak setia yang mengakibatkan sang manajer
sulit dipromosikan. Pada saat perekonomian sedang mengalami resesi atau
perusahaan tidak mengalami keuntungan yang diharapkan, ancaman PHK bagi sang
manajer sudah berada di depan matanya.
B. RISIKO
PADA ASPEK KEUANGAN
Di dalam perusahaan, risiko dalam
aspek keuangan cukup tinggi, seperti:
·
Biaya produksi yang berlebihan
·
Biaya perusahaan
·
Utang
·
Pinjaman yang berlebihan
Biaya produksi naik, harga jual naik, sulit
bersaing. Cara mengurangi biaya produksi :
a.1 efisiensi : kualitas tenaga kerja ditingkatkan, produk selalu “standby every time”.
a.2 otomatisasi, dll
a.1 efisiensi : kualitas tenaga kerja ditingkatkan, produk selalu “standby every time”.
a.2 otomatisasi, dll
Utang yang berlebihan
Jika perusahaan tidak mampu membayar utang, maka kredebilitas akan menurun. Utang memiliki efek yang membahayakan :
1. Beban perusahaan meningkat
2 . Perusahaan akan kehilangan kredibilitasnya
3 . Perusahaan sudah dapat dilikuidasi
Jika perusahaan tidak mampu membayar utang, maka kredebilitas akan menurun. Utang memiliki efek yang membahayakan :
1. Beban perusahaan meningkat
2 . Perusahaan akan kehilangan kredibilitasnya
3 . Perusahaan sudah dapat dilikuidasi
Pinjaman yang berlebihan
Penyebab kredit yang berlebihan :
(i) ketergesaan menejemen, investasi meningkat terlalu cepat pada pabrik – pabrik baru, diversifikasi produk yang lemah, investasi pada saat yang tidak tepat, dll
(ii) ketidakaktifan menejemen, seperti :
a. kegagalan dalam merespon periode jatuhnya penjualan
b. kegagalan mencegah jatuhnya penjualan pada lokasi pasar yang ditentukan
c. harga barang terlalu tinggi atau harga dibawah harga pokok produksi
(iii) kenaikan nilai bunga
d. Nilai utang menjadi lebih tinggi
e. Kebutuhan modal kerja meningkat pesat
Penyebab kredit yang berlebihan :
(i) ketergesaan menejemen, investasi meningkat terlalu cepat pada pabrik – pabrik baru, diversifikasi produk yang lemah, investasi pada saat yang tidak tepat, dll
(ii) ketidakaktifan menejemen, seperti :
a. kegagalan dalam merespon periode jatuhnya penjualan
b. kegagalan mencegah jatuhnya penjualan pada lokasi pasar yang ditentukan
c. harga barang terlalu tinggi atau harga dibawah harga pokok produksi
(iii) kenaikan nilai bunga
d. Nilai utang menjadi lebih tinggi
e. Kebutuhan modal kerja meningkat pesat
Resiko Kredit Adalah resiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak
mampu membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati. Sering terjadi
produsen menaruh produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor
meminjam uang untuk usaha tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet.
·
Upaya untuk mengatasi hal tersebut (resiko kredit) diantarnya dengan cara
sebagai berikut :
1.
Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sbb:
2.
Dapat dipercaya,(character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui.
3.
Kemampuan untuk membayar (capcity), hal ini dapat dilihat dari
kemampuan/hasil yang diperoleh dari usahanya (laba usaha).
4.
Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha (capital) sehingga
merupakan net personal assets.
5.
Keadaan usahanya selama ini (conditions) adalah menunjukan trend naik
mendatar atau menurun.
6.
Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil mengevaluasi
kredibilitas debitor.
7.
Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang bersangkutan memiliki
perusahaan. Dan yang perlu diperhatikan adalah lembaran neraca, laporan
laba-rugi tahunan dan aliran Dana setiap tahunnya.
Masalah-masalah di bidang pemasaran
dapat mengakibatkan turunnya penjualan serta rusaknya citra perusahaan. Sales
yang menurun, market share yang menegcil, kurangnya distribusi barang
merupakan sebagian dari tanda-tanda kegagalan pemasaran. Kegagalan pemasaran
tidak lepas dari banyak permasalah yang ada. Berikut ini ada macam pokok
permasalah, yaitu:
1. Kebijakan pemerintah (pajakm program K3, limbah
pabrik, dll)
2. Perubahan permintaan di pasar (strategi perusahaan)
3. Perang harga (oligopoli, perusahaan pesaing melakukan kampaye yang agresif dll)
4. Pemalsuan
5. “Performance” produk yang rendah
6. Promosi kurang
7. Kesalahan dalam merek
8. Kegagalan dalam mengembangkan produk baru
9. Masalah distribusi dll
2. Perubahan permintaan di pasar (strategi perusahaan)
3. Perang harga (oligopoli, perusahaan pesaing melakukan kampaye yang agresif dll)
4. Pemalsuan
5. “Performance” produk yang rendah
6. Promosi kurang
7. Kesalahan dalam merek
8. Kegagalan dalam mengembangkan produk baru
9. Masalah distribusi dll
Di dalam proses produksi/operasi
produk barang dan jasa cukup banyak risiko yang perlu diantisipasi. Risiko-risiko tersebut antara lain
adalah mengenai:
v Masalah pemasok.
Risiko terjadi apabila perusahaan menggunakan pemasok yang ternyata tidak
memenuhi komitmen yang sudah mereka buat, misalnya komponen-komponen yang
dibutuhkan ternyata terlambat dikirim ataupun rusak.
v Kerusakan kualitas.
Risiko karena penarikan kembali barang-barang yang ditawarkan di pasar yang
disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kualitas dan kuantitas barang yang
tidak sesuai, misalnya ada barang yang hilang dan mutu produk yang rendah.
Kedua, karena barang yang ditawarkan di pasar adalah produk-produk yang tidak
aman dikonsumsi.
v Berkurangnya daya saing.
Risiko karena berkurangnya daya saing produk dengan produk sejenis di pasar,
misalnya karena desain yang dibuat dengan teknologi yang sudah tertinggal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan adalah:
1.
Berapa nilai data di dalam komputer
Data dapat hilang sebagai akibat
dari kesalahan operator, virus, kerusakan hardware atau software, daya listrik,
maupun akibat vandalisme. Ini semua sudah tentu merugikan perusahaan.
Perusahaan harus menaksir nilai data komputernya dan dampak apa yang akan ada
pada bisnis jika komputer yang ada ternyata tidak dapat digunakan. Perusahaan
harus menyadari bagaiman kini perusahaan sangat tergantung pada komputer mereka
sehingga perlu diambil tindakan untuk melindunginya dengan pengendalian yang
baik.
2.
Risiko komputerisasi
Berikut ini adalah lima risiko utama
pada komputer yang data menyebabkan banyak masalah, yaitu:
- Pencurian komputer.
- Pemakaian yang tidak diizinkan mengakses komputer
- Penggunaan disket yang tidak diperiksa
- Kerusakan perangkat keras atau perangkat lunak
- Kesalahan pemakai
3.
Minimalisasi risiko komputerisasi
Risiko pemakaian komputerisasi
hendaknya diperkecil. Hal-hal ini dapat ditinjau dari aspek hardware, software
dan brainware. Perusahaan hendaknya memiliki ansuransi di mana biayanya
dimasukkan sebagai bagian dari biaya-biaya sistem IT-nya. Mereka juga perlu
mengembangkan keahlian para karyawannya dalam manajemen data atau kemampuan
untuk membenahi data yang rusak/hilang serta melatih karyawan untuk menghindari
masalah. Secara sederhana para karyawan diajari bagaimana mengcopy file, cara
keluar dari program dengan melakukan prosedurnya dan diberitahu risiko jika
meninggalkan komputer pada saat mereka bekerja, dan lain-lain. Perusahaan
seharusnya mempunyai copy data yang dilakukan secara rutin dan otomatis. Seluruh
file harus dicopy secara otomatis, buat salinannya pada tiap akhir jam kerja
pada media yang terpisah, sehingga kerusakan dari harddrive atau main frame
tidak akan mempengaruhi data.
4.
Menetapkan kebijakan
Hendaknya manajemen perusahaan mempunyai
kebijakan yang jelas terhadap sistem komputerisasi mereka. Kebijakan tersebut
mencakup:
- Garis tanggung jawab terhadap sistem IT
- Penjagaan data dan sistem back up
- Penggunaan disket yang benar dan
- Akses terhadap data
Kebijakan ini harus didukung oleh
prosedur tertulis, terutama yahg perlu lebih spesifik adalah dalam hal proteksi
data. Untuk memastikan bahwa prosedur-prosedurnya dilaksanakan perlu dilakukan
pemeriksaan secara teratur.
F. Risiko aspek alam
Resiko ini terjadi diluar pengetahuan dan kemampuan manusia, misalnya gempa
bumi,banjir,anginputing beliung, kemarau panjang dsb. Karena peristiwa ini
kemungkinan sangat kecil resikonya dapat dianggap tidak ada, tetapi bila takut
menghadapi resiko tersebut,ada perusahaan asuransi yang berani menanggung
resiko tersebut.
G. Risiko Teknis
Resiko ini terjadi akibat
kekurangmampuan manajer/wirausaha dalam mengambil keputusan. Resiko yang sering
terjadi adalah :
1.
Biaya produksi yang tinggi (inefisien),
2.
Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang, misal terlalu banyak
tenaga kerja.
3.
Sering terjadi pencurian, akibat pengawasan/penjagaan yang kurang baik.
4.
Sering terjadi kebakaran, target produksi tak tercapai, penempatan tenaga
tidak tepat/tidak sesuai, perencanaan dan desain produk salah dsb.
·
Upaya mengatasi/menanggulangi resiko teknis:
1.
Menajer/wirausaha harus menambah pengetahuan tentang:
2.
Ketrampilan teknis /technological skill, terutama yang berkaitan dengan
proses produksi. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya
produksi, misal dengan teknologi tepat guna /modern.
3.
Ketrampilan mengorganisasi /organization skill ,
yaitu kemampuan meramu yang tepat dari faktor-faktor produksi dalam melakukan
usahanya
4.
Ketrampilan memimpin/managerial skill,
yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik
dan serasi oleh semua orang yang ada pada organisasi tsb. Untuk ini setiap
pimpinan dituntut membuat konsep kerja yang baik/conceptional skill.
5.
Membuat strategi usaha yang terarah
untuk masa depan, yang meliputi strategi produksi, strategi keuangan, strategi
sumber daya(SDA dan SDM), strategi operasional, strategi pemasaran, dan
strategi penelitia dan pengembangan. Tujuan strategi ini ada tiga yaitu ; tetap
memperoleh keuntungan, hari depan tetap lebih baik dari sekarang (usaha
berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang dilakukan adalah keandalan
menganalisis dan memprognosa keadaan didalam dan diluar lingkup organisasi.
6.
Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap
saat harus membayar premi asuransi yang akan menjadi pengeluaran biaya.
Upaya antisipasi menyeluruh
dari risiko-risiko yang terjadi
Cara Mengatasi Resiko Usaha Berikut langkah-langkah yang perlu Anda
perhatikan, untuk mengurangi resiko:
1.
Sebelum memulai usaha, Sebaiknya Anda melakukan riset mengenai
hambatan-hambatan yang dimungkinkan muncul ditengah perjalanan usaha. Dengan
begitu Anda dapat menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi
hambatan yang dimungkinkan ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang
dimungkinkan semakin meningkat.
2.
Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang Anda miliki,
Jangan sampai Anda memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada.
Dengan memulai usaha sesuai dengan skill dan minat, setidaknya Anda memiliki
bekal pengetahuan dan keahlian untuk mengurangi dan mengatasi segala resiko
yang muncul di tengah perjalanan Anda. Hindari peluang usaha yang tidak Anda
kuasai, ini dilakukan agar Anda tidak kesulitan dalam mengatasi segala
resikonya.
3.
Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis Anda. Hal tersebut bisa
membantu Anda untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat usaha
Anda berkembang, dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk
mengurangi munculnya resiko yang tidak diinginkan.
4.
Sesuaikan besar modal usaha yang Anda miliki dengan resiko usaha yang Anda
ambil. Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang
beresiko besar, jika modal usaha yang Anda miliki juga masih terbatas.
5.
Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung
kreatifitas. Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas
untuk mengembangkan usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul
bisa Anda atasi dengan baik.
6.
Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah
resiko. Saat ini banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek
bisnisnya tidak bisa bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis
tersebut surut seiring dengan bergantinya trend pasar. Sebaiknya Anda
menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena resikonya cukup besar.
7.
Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk Anda.
Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan
memperkecil resiko bisnis tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk.
Peranan Pemerintah dalam Dunia Bisnis
1.
Penciptaan Iklim Ekonomi yang Menunjang
Penciptaan iklim ekonomi yang menunjang merupakan salah satu peranan
pemerintah dalam dunia bisnis, dengan mengeluarkan kebijaksanaan deregulasi dan
debirokratisasi yang bertujuan mendorong penanaman modal dalam negeri dan
asing, meningkatkan ekspor non migas serta perluasan lapangan kerja.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dilaksanakan melalui
pemberian kemudahan dalam penanaman modal, kemudahan dalam tata niaga bagi para
produsen eksportir, peningkatan efisiensi di bidang perhubungan
laut, bea masuk dan pembentukan kawasan berikat. Selain itu, melalui deregulasi
di bidang perbankan ditetapkan pula kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk lebih
mengerahkan dana masyarakat, makin meningkatkan efisiensi lembaga keuangan dan
perbankan, meningkatkan kemampuan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan
moneter antara lain dengan memperpanjang waktu penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia, dan meningkatkan iklim pengembangan pasar modal.
“debirokratisasi bermakna ‘tindakan atau proses
mengurangi tata kerja yang serba lamban dan rumit agar tercapai hasil dengan
lebih cepat’, sedangkan deregulasi bermakna
‘tindakan atau proses menghilangkan atau mengurangi segala aturan’.Perlu
diingat bahwa pada kedua bentuk itu sudah terkandung makna tindakan”
2.
Peningkatan penanaman modal
Kebijaksanaan di bidang penanaman modal mulai dilaksanakan sejak
diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Undang-undang tersebut dilaksanakan dalam rangka mendorong penanaman
modal baik dari dalam negeri maupun asing, dengan memberikan beberapa fasilitas
antara lain berupa keringanan perpajakan termasuk pembebasan bea masuk untuk
pengimporan mesin-mesin, peralatan dan bahan baku.
3.
Peningkatan Daya Guna Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Kebijaksanaan dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengelolaan BUMN
dimaksudkan untuk memantapkan peran BUMN dalam mendorong kemajuan bisnis dan
pertumbuhan perekonomian nasional bersama-sama usaha swasta dan koperasi.
Kebijaksanaan tersebut meliputi upaya-upaya pemantapan organisasi BUMN,
penegasan fungsi dan peningkatan pola pengembangannya untuk menjadikan BUMN
sebagai unit usaha yang makin produktif dan efisien. Dengan upaya-upaya
tersebut, hingga saat ini BUMN telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti
dan melaksanakan fungsinya dengan baik.
Kebijaksanaan pemantapan pengorganisasian BUMN meliputi pemantapan status
hukum di samping pemantapan organisasi pembina, pengawas dan pengelola.
Sedangkan penegasan fungsi adalah meliputi fungsi keberadaan BUMN itu sendiri,
yaitu sebagai unit usaha dan pelaksana pembangunan. Adapun peningkatan pola
pengembangan BUMN diarahkan antara lain untuk memberikan berbagai alternatif
pembiayaan investasi yang tidak mungkin seluruhnya dipenuhi dari dana APBN.
4.
Kebijaksanaan Pengembangan Bisnis Golongan Ekonomi
Lemah
Golongan ekonomi lemah, termasuk pengusaha informal dan tradisional,
meliputi seluruh bisnis yang berskala kecil di pedesaan maupun di
perkotaan. Aspek yang membedakan bisnis kecil ini dengan bisnis menengah dan
besar adalah bahwa di samping skala bisnisnya yang kecil seringkali bisnis
tersebut tidak mempunyai status hukum formal. Pengusaha golongan ekonomi lemah
tersebut, seperti halnya dengan pengusaha sedang dan besar, mampu menciptakan
kesempatan berbisnis untuk dirinya sendiri dan menciptakan lapangan kerja untuk
orang lain. Di samping itu sumbangan sektor bisnis kecil dalam perekonomian
cukup besar dan masih akan lebih besar lagi di masa yang akan datang.
Walaupun secara sendiri-sendiri skala bisnis golongan ekonomi lemah
tersebut kecil, akan tetapi sebagai keseluruhan peranannya cukup besar dalam
menunjang perekonomian nasional seperti tercermin dari sumbangannya dalam
meningkatkan produksi nasional maupun dari sumbangan dalam ikut menciptakan
stabilitas nasional.
Berbagai fasilitas untuk meningkatkan kemampuan usaha para pengusaha
golongan ekonomi lemah telah disediakan berupa penyediaan kredit dengan
persyaratan ringan. Fasilitas kredit yang disediakan adalah Kredit
Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) yang keduanya
dimulai sejak tahun 1973.
Fasilitas kredit tersebut pada tahun 1974 diperluas dengan Kredit Mini, dan
pada tahun 1979/80 dan 1980/81 ditambah dengan Kredit Candak Kulak dan Kredit
Midi. Dalam perkembangannya, pada tahun 1984, Kredit Mini dan Kredit Midi
diganti dengan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), karena Kupedes tersebut
mempunyai berbagai keunggulan, antara lain, prosedur pemberian kredit yang
lebih mudah dan lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar